Quantcast
Channel: ~Celoteh Kiky~
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1145

Jakarta, Ramahkah bagi Orang Luar Daerah?

$
0
0
23 Agustus 2015
Saya sama adek pergi ke Jakarta pakai Primajasa. Dari Sumedang ke Jakarta biayanya hanya 40 ribu. Murah ya? Naik bus ini suasananya kayak lagi di tanah pasundan. Hihi, soalnya lagu-lagu yang diputer juga lagu sunda. Maklum, sepertinya penyedia transportasi antar kota ini memang dipakai oleh orang Jawa Barat(Garut, Bandung, Sumedang) buat ke Jakarta, atau sebaliknya. Jadi suasananya juga lebih nyaman menurut saya. Banyak orang menjajakan barang dagangan untuk dijual di bus, kadang juga pengamen, tapi masih aman. Asal nggak naruh barang sembarangan aja, yang penting jaga barang bawaan dengan cermat.

Sepanjang jalan saya masih bisa melihat suasana langit yang terpantul lewat kaca jendela. Buat saya, perjalanan Sumedang-Bandung ini mematahkan persepsi saya bahwa akomodasi ke Jakarta itu riweuh dan nggak aman. Ya, selama ini saya takut aja kalau ke Jakarta kenapa-napa sama barang bawaan. Dan alhamdulillah, masih dilindungi sama Allah.
Kursi yang dipakai saya sama adek barengan dengan seorang lelaki. Well, orang ini agak jutek, saya minta kerjasamanya untuk pindah tempat duduk karena saya nggak suka duduk di samping dua orang laki-laki. Nggak tahunya dia nggak mau pindah juga. Sampai saya duduk di kursi depan dan kepisah sama adek saya. Trus, seorang bapak bilang bahwa saya boleh pindah ke belakang bareng adek. Fiuh, alhamdulillah deh. Dapet tempat duduk yang sama bareng adek. Jadi ada temen ngobrol.
Sampai di Jakarta sorean, jam 5-an. Saya sama adek turun di poll Primajasa, di Jakarta Selatan. Setelah turun, beli minuman sebentar di kios dekat situ. Nunggu lumayan lama, dan sempet pesen taksi biru lewat sms. Belum ada balasan sampai ada sebuah taksi biru yang masuk ke poll. Saya kira taksi luar nggak boleh terima penumpang dari dalam poll. Ternyata boleh aja. Akhirnya nanya sopirnya, dan karena ngira sopirnya bakal ngerti tempatnya, saya udah siap-siap aja merasa tenang meski kejebak macet di daerah kalibata.
Fyi, macetnya Jakarta yang sekarang masih mending dibanding dulu. Kalau dulu macetnya nggak nahan deh, bisa sampai berjam-jam. Ini paling 10 menitan ketahan di jalanan. Hanya karena kami pakai taksi jadi ya biayanya juga membengkak. Heuheu. Sampai 40 ribuan lebih. :D
Setelah masuk kawasan yang dianggap sebagai kompleks Jl. Minyak, kami masih nyari rumah temen adek. Sopir taksinya ternyata nggak tahu tempatnya dan kami terpaksa nanya ke orang sekitar kompleks. Nanya pun dijawabnya singkat aja. “Nggak tahu, mbak. Tanya aja sama penjaga pos di sana.” Entah kenapa saya ngerasa orang Jakarta tipikal orang yang nggak mau diribetin oleh permintaan orang. Segala yang berhubungan dengan minta tolong itu susah buat diwujudkan, kecuali kamu beneran kenal secara dekat sama orang itu. Ya, seperti orang yang tadi ketemu di jalan, dia nggak tahu tempatnya? Padahal deket sama letak mobil tadi.
Fiuh, setelah nanya sama penjaga pos yang udah mau pergi karena jam makin mengarah ke waktu magrib, sopir akhirnya tahu mana letak jalan yang kami tuju. Muter-muter nyari jalan dan sampai juga di rumah temen Ayie. Yeay! Alhamdulillah. Perjalanan dari Sumedang ke Jakarta kelar juga. Ayie dan saya keluar dari taksi setelah bayar biaya taksi, trus mencet bell sambil meyakinkan diri kalau rumah di hadapan kami ini beneran rumah yang sesuai dengan alamat yang dikasih. Ternyata bener, setelah yang keluar rumah untuk membuka pintu gerbang adalah temen Ayie. Oke, setelah itu kami masuk ke rumah dan surprise. Rumahnya gede banget. Kenalan sama Rani dan keluarganya. Ramahnya mereka bikin suasana kayak di rumah sendiri. Saya nggak ngerasa ada di luar kota karena mereka ramah banget. Mungkin karena adek udah kenal sama yang punya rumah, jadi suasananya lebih nyaman. Makasih, Ran, udah ngasih tempat nginap. :D

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1145