Quantcast
Channel: ~Celoteh Kiky~
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1146

Stigma

$
0
0
Beberapa hari lalu saya silaturahim dengan seorang teman. Saya udah lama kenal dan ini ketiga kalinya kita ketemu. Terakhir kali ketemuan entah tahun berapa saya lupa, mungkin 2008 an. Ada yang membuat saya terhenyak ketika tanpa sadar dia keceplosan bicara, mengenalkan saya pada teman entah teman SMA atau apa, ga tau ya. :D

“Ini Ila, kenal dari dunia maya.”

Cegluk. Haha. Sontak ya ekspresi saya pertama kali muncul adalah kaget. Bayangkan aja, tiga kali udah ketemu. Pun kenal sudah bertahun-tahun lalu, dan dia masih menganggap saya hanya seorang teman “maya”. Saya rasa jika itu terjadi saat pertama kali ketemu dengannya, ya cukup wajar. Dia ngerti saya seperti apa. Saya masih napak tanah, manusia beneran, bukan hantu. :D

Tapi aneh juga katanya yang bilang, “teman maya”. Well, saya ngebayangin. Apa nanti kalau saya nikah dengan entah siapa, dan kebetulan dapetnya orang “maya” apa iya saya bakal keceplosan bilang gitu juga, padahal udah kenal lamaaa.

Engg, memang apa bedanya maya dan nyata? Kalau pada akhirnya kita pernah ketemu. Bukannya sudah tidak maya lagi ya? Sama sih kayak stigma “muallaf”. Mau sampai kapan akan dilabeli “muallaf” bila dia sudah bertahun-tahun masuk Islam?.

Sesungguhnya saya kurang suka dengan stigma "maya" seolah ada jarak yang membentang antara saya dengan dia, yang entah apa tidak bisa ditembus. Hanya karena kenalannya beda jalur.

Apa pernah ada yang ngalami hal yang seperti ini? Share dong komennya. ;))

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1146